MENU MAKANAN DI WARUNG BAROKAH NASI ITIK GAMBUT (WBG)


Selasa, 17 Februari 2009

Warung Nasi Itik Gambut WBG 2

Warung Barokah Nasi Itik Gambut 2
Jl. A. Yani Km 3,5 (Samping Mesjid Baiturrahim) Banjarmasin

Menu

A. PAGI (NASI KUNING) :
- Nasi Itik Gambut
- Nasi Ayam
- Nasi Haruan
- Nasi Hati
- Nasi Telur Itik Tambak


B. SIANG - MALAM
1. Itik (Bebek) Goreng/Bakar + Lalapan/Pecel/Urap
2. Ayam Goreng/Bakar + Lalapan/Pecel/Urap
3. Hati Goreng/Bakar + Lalapan/Peel/Urap
4. Peda Goreng/Bakar + Lalapan/Pecel/Urap
5. Nila Goreng/Bakar + Lalapan/Pecel/Urap
6. Patin Goreng/Bakar + Lalapan/Pecel/Urap
7. Saluang Goreng + Lalapan/Pecel/Urap
8. Itik Gambut Masak Habang
9. Ikan Telang Asin
10. Cumi-Cumi Asam Manis
11. Sambal Goreng Udang
12. Terong Goreng/Bakar
13. Tahu/Tempe Goreng/ Bacem
14. Empal Jagung

C. Lain-lain
- Telor Ayam Kampung 1/2 Matang

Kamis, 15 Januari 2009

Berkhayal?? Mengapa Tidak?

Kenapa orang tidak boleh berkhayal? Takut tidak akan menjadi kenyataan? Kenapa takut? Kalau toh tidak jadi kenyataan, juga tidak rugi apaapa. Tapi, dengan berkhayal, kita akan punya target, sehingga ada arah yang mesti dituju. Mau bukti? Pengalamanku ini adalah buktinya.

Dulu aku berkhayal, ingin punya rumah yang representatif (rada mewah dikit lah, harus baru dan bukan second), punya mobil (harus baru, bukan second!), bisa berangkat haji (minimal umrah), menghajikan orangtua (minimal umrah).

Khayalan itu harus diwujudkan. Caranya? Harus bikin usaha! Gaji guruku hanya 1,1 juta perbulan, tak mungkin cukup untuk itu semua. Aku juga punya anak istri yang juga perlu makan. Lalu, usaha apa yang cocok????????

Hmmmmmmmmmmmmm.,.................

Bimbingan Belajar

Aku membuka sendiri bimbingan belajar. Jika dikelola secara profesional, rasanya tidak kalah dengan bimbingan belajar lain yang sudah ada. Di dekat lokasi bimbingan belajarku, sudah ada beberapa bimbingan belajar, diantaranya Young Generation dan Gamma Plus. Tapi soal fasilitas, kedua bimbingan belajar itu tidak prosefional. Rasanya mereka masih menjual jasa bimbingan itu seadanya. Kursi kayu, papan tulis yang sudah kusam, rasanya tidak layak untuk dijual mahal.

Aku mulai membuka usaha ini pada tahun 2002 dengan niat memberikan yang terbaik buat siswa. Harga yang mahal bagi orangtua murid tentu akan sebanding bila kita memberikan layanan yang memuaskan. Salah satunya adalah fasilitas. Untuk itu aku menyediakan kursi lipat kuliah bermerk Chitose untuk anak-anak (wah... anak-anak duduk di atas kualitas). Papan tulis menggunakan white board. Di setiap ruangan diberi kipas angin. Kamar-kamar tidur disulap jadi ruang belajar.

Materi pelajaran yang dibuka adalah Sempoa, Matematika, dan Bahasa Inggris. Ternyata ketiga mata pelajaran ini banyak sekali peminatnya, karena sesuai dengan selera orangtua yang ingin anaknya menguasai materi dalam bidang ini. Sedang untuk pelajaran IPA, IPS, dan yang lainnya, bisa mereka kuasai sendiri dengan membaca buku di rumah. Sementara Matematika dan Bahasa Inggris, mereka butuh tutor yang bisa mengajari anak mereka.

Bimbingan ini berjalan dua tahun, mengumpulkan murid lebih dari seratus setiap semester. Income yang didapat dari bimbingan belajar ini adalah sekitar 1,5 juta perbulan sudah dipotong gaji para guru.

Warung Barokah Nasi Itik Gambut

Untuk menambah penghasilan selain dari bimbingan belajar, kami mencoba membuka usaha dalam bidang kuliner. Pilihannya adalah Nasi Itik Gambut.

Sebelum membuka usaha Nasi Itik, kami mencoba peruntungan di ayam goreng tepung, tapi gagal. Hanya 2 bulan kami bertahan, lantas membuka menu nasi itik.

Mula-mula, terasa sangat sepi. Nasi yang hanya kami bungkus beberapa bungkus itu tidak laku-laku. Tampaknya, tidak ada orang yang melirik warung kami. Setiap orang mau singgah, selalu melihat ke warung Kamilia, warung tetangga, yang notabene sudah sejak lama berjualan.
Seharian kami berjualan, lakunya terkadang hanya 6 bungkus. Sementara warung tetangga selalu berjubel dengan pembeli. Melihat keadaan ini, rasanya hampir putus asa untuk berjualan.

Bimbingan Belajar Bubar

Sebenarnya, berjualan ini menjadi tugas isteriku. Sedang aku, terus mengelola bimbingan belajar. Tapi, karena warung masih dalam keadaan sepi, akhirnya aku yang selalu turun tangan bekerja di warung. Kami tidak punya anak buah, karena tiada biaya untuk membayar upahnya. Untuk mengembalikan modal saja rasanya tidak bisa.

Akhirnya, bimbingan belajar kuserahkan kepada adikku. Tapi tak lama kemudian, adikku menikah sehingga tidak ada lagi yang mengelola bimbingan belajar. Selain itu tempatnya dipakai oleh adikku yang sudah menikah. Dengan terpaksa, akhirnya bimbingan belajar itu ditutup meski menimbulkan banyak tanda tanya bagi orangtua murid. Mereka sebenarnya kerasan mendidik anaknya pada bimbingan belajar kami, karena menurut mereka, perkembangan pendidikan anaknya tampak semakin maju.

Warung Mulai Ada Harapan

Memasuki bulan ketujuh berjualan, tampak ada sepercik harapan bahwa masakan nasi itik kami mulai disukai orang. Itu sudah melegakan hati kami. Komitmen kami, bila sampai enam bulan berjualan tidak menunjukkan hasil yang menggembirakan, kami akan hengkang dari Gambut. Ternyata, di saat-saat kami hampir putus asa, Allah menganugerahkan rahmatnya pada kami.
Semula kami hanya menghabiskan satu liter nasi sehari, akhirnya meningkat sampai 40 liter sehari. Inilah anugerah Allah yang terindah pada kami.

Rasanya Allah betul-betul menyayangi kami sekeluarga. Makan di KFC, Texas, CFC, atau rumah makan mewah lainnya, rasanya tak perlu takut kehabisan uang. Uangpun tak perlu dikapling-kapling.

Kini Tuhan mengubah impian kami menjadi kenyataan. Meski warung kami tidak terlalu laris seperti orang, tapi rasanya sudah cukup bagi kami.

Warung Buka Cabang

Tekadku untuk menambah mesin cetak uang dengan membuka cabang baru semakin kuat. Secara tidak sengaja, aku membaca iklan baris di sebuah suratkabar yang mengontrakkan tanah tidak jauh dari rumah.

Dengan tekad bulat aku bersama istri memberanikan diri mengontrak tanah tersebut seharga Rp. 30 juta/tahun dengan masa sewa lima tahun. Biaya pembuatan warung pun memakan biaya tidak kurang dari Rp. 50 juta. Selain itu untuk perlengkapan dagang juga diperlukan biaya sekitar Rp. 15 juta.

Tepat hari Kamis, 10 Agustus 2006, cabang baru Nasi Itik Gambut mulai beroperasi. Rasa ketar-ketir mulai bermunculan, jangan-jangan masakan kami tidak diterima pasar, padahal kami sudah merekrut 6 orang tenaga baru. Kekhawatiran itu ternyata tidak muncul sama sekali, justru harapan untuk tampil lebih baik semakin memberi harapan baru. Warung baru itu ternyata langsung diserbu pembeli, sehingga hari pertama berjualan, kami kalang-kabut untuk menyediakan kebutuhan makanan di warung.

Ini adalah permulaan yang sungguh membahagiakan. Semua masakan yang kami jual ludes semua diserbu pembeli. Sejak hari itu, kami merasa bahwa warung kami telah langsung diperhitungkan orang sebagai salah satu kompetitor bagi rumah makan yang ada di sekitarnya.
Sekitar sebulan berlalu, kondisi pembeli masih saat seperti kami pertama kali buka. Beras yang dimasak tidak pernah kurang dari 65 liter, bahkan mencapai 98 liter. Suatu angka yang fantastis bagi sebuah warung kecil.

Kini, kami sudah bisa menikmati punya 3 rumah sekaligus. 1 rumah untuk karyawan, 1 rumah kami tempati, dan 1 rumah untuk kami istirahat bila ingin keluar kota. Kami juga udah punya mobil baru. Kami juga sudah mendaftar haji bersama mertua. Umrah bersama orangtua juga udah kami lakukan.

Karenanya, jangan takut berkhayal. Soal berhasil atau tidak, Allah lebih tahu. Bukankah Allah yang memberi kita rezeki? Lalu, mengapa takut mencarinya? Takut tidak diberi Allah? Wah, itu salah sendiri namanya!